Efisiensi Penggunaan Menara Base Transceiver Station (BTS) untuk Beberapa Operator Telekomunikasi”

Penetrasi bisnis yang dilakukan secara agresif oleh operator telekomunikasi seluler di Indonesia memicu semakin banyaknya pembangunan infrastruktur prasarana pendukung seperti menara Base Transceiver Station (BTS) oleh operator-operator tersebut. Masalahnya, menara-menara tersebut didirikan, dimiliki, dan digunakan sendiri oleh masing-masing operator. Hal ini menyebabkan utilitas pendirian menara menjadi tidak maksimal. Untuk menyelesaikan masalah-masalah disektivitas dan disefisiensi pembangunan menara, diperlukan pembahasan teknis tentang efisiensi penggunaan menara BTS ini secara bersama oleh beberapa operator telekomunikasi. Analisis dilakukan terhadap performansi dari BTS-BTS yang menggunakan sistem one tower, one operator di suatu wilayah pengamatan jika dibandingkan dengan ketika menggunakan sistem menara bersama, dengan beberapa parameter yaitu rasio sinyal carrier dan sinyal penginterferensi (nilai C/I), kapasitas kanal yang disediakan, waktu rata-rata pelanggan dalam antrian, dan persentase Grade of Service (GOS). Pembahasan dilakukan dengan membandingkan niliai dari parameter-parameter performansi pada kedua sistem. Jika performansi pada sistem menara bersama tidak lebih buruk dengan sistem one tower, one operator maka sistem penggunaan menara bersama layak diterapkan. Selanjutnya dilakukan pengaturan penggunaan kanal frekuensi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi interferensi antar BTS-BTS yang beroperasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, nilai parameter-parameter performansi yakni nilai C/I, kapasitas kanal yang disediakan, waktu rata-rata pelanggan dalam antrian, dan persentase GOS pada sistem one tower, one operator dan sistem menara bersama relatif sama. Sehingga sistem menara bersama layak diterapkan karena dari segi efisiensi pembangunan menara, sistem ini lebih efisien hingga 1/3 dibandingkan sistem one tower, one operator